Mortal Kombat 1 Matchmaking Kacau Karena Update Baru

Mortal Kombat 1 telah mendapatkan update terbaru, namum membuat matchmaking antara player menjadi begitu kacau. Meskipun demikian keluhan yang di timpa para player masih tetap ada. Kini banyak gamer meminta permintaan khusus agar dapat menolak match ketika melawan pengguna WiFi di mode Kombat League yang di kenal lebih kompetitif.

Sebagai tanggapaan resmi dari keluhan pemain Fitur WiFi ping decline akan di hapus di tanggal 14 desember oleh sang developer Ed Boon yang di umumkan melalui akun Twitter/X nya.

Fitur ini memungkinkan kita untuk mengatur filter otomatis guna menolak pertandingan melawan player yang menggunakan koneksi WiFi. Sehingga diharapkan kita dapat memperoleh permainan yang lebih adil.

Bagi mereka yang telah terhubung dengan sambungan koneksi kabel, fitur ini tentunya menjadi angin segar yang diterima dengan positif.

Namun, di balik keuntungan tersebut, terdapat keprihatinan mengenai cakupan matchmaking yang mungkin jadi lebih kecil lagi. Khususnya bagi pengguna Xbox dan PS5. Hal ini dapat diperparah oleh kesulitan sebagian orang dalam menggunakan koneksi kabel akibat jarak yang jauh dari router mereka.

Fitur Matchmaking Mortal kombat 1 buruk

Fitur baru yang diperkenalkan ke Mortal Kombat 1 tersebut digadang-gadang menyebabkan waktu matchmaking lebih lama dan lawannya pun makin terbatas.

Untuk meredakan kekhawatiran ini, pihak pengembang merencanakan untuk menghadirkan fitur crossplay pada Februari 2024 mendatang untuk pengguna platform Xbox, PS5, dan PC. Langkah ini diharapkan dapat memperluas basis pemain dan menyediakan solusi bagi mereka yang menghadapi kendala koneksi kabel.

Meskipun demikian, penundaan perilisan crossplay ini membuat kita mengalami sejumlah kesulitan. Matchmaking sampai sistem tersebut benar-benar mereka implementasikan ke Mortal Kombat 1.

Meskipun fitur WiFi-ping-decline merupakan improvement positif bagi pemain dengan koneksi kabel. Tetapi dampaknya terhadap matchmaking, terutama bagi pemain Xbox dan PS5, sekarang ini menjadi perhatian serius.

Antisipasi crossplay pada Februari 2024 diharapkan dapat menjadi solusi dari masalah tersebut. Meskipun perilisannya berpotensi terlambat, sehingga untuk sekarang ini kita mungkin akan terus mengalami kesulitan matchmaking hingga sistemnya mereka terapkan.

Melalui perubahan ini, Mortal Kombat 1 diharapkan dapat jadi lebih baik dan seru lagi ketika dimainkan.

Hunter X Hunter Dikabarkan akan Merilis Game Fighting

Hunter X Hunter di kabarkan ada game dengan formula Fighting layaknya game Fightinh yang beredar. Kabar baik ini diumumkan oleh Bushiroad Gamer di pajang Jump Fiesta 2024. Manga populer ini akan di sulap menjadi sebuah video game yang akan membuat para fans antusias. Walaupun informasi terkait detail gameplay masih begitu terbatas, Namun pengumuman ini meningkatkan dopamine bagi para penggemarnya.

Hunter X Hunter telah eksis dalam industri sejak tahun 2000-an, namun anime dan manga-nya terus berkembang hingga sekarang. TErlepas manganya yang sedang hiatus, kemunculan game Fight HXH menjadi sebuah titik terang di pertengahan tahun yang sepi.

Eighting, yang dikenal atas pengalamannya dalam mengembangkan game fighting, sebelumnya telah sukses menciptakan judul-judul seperti DNF DUEL untuk PC dan konsol. Keahlian mereka dalam menghadirkan gameplay yang dinamis dan inovatif menjadi alasan kuat bagi kita untuk menantikan kemunculan game Hunter x Hunter yang dihasilkan dari kolaborasi tersebut.

Kurangnya detail perihal konsep dan gameplay-nya justru menciptakan rasa ingin tahu yang sangat tinggi di komunitas. Keberlanjutan cerita Hunter X Hunter dalam bentuk game juga cukup menarik untuk kita pantau. Selain tidak membocorkan konsep dan gameplay, platform yang dituju juga masih belum diketahui.

Namun, kami harap game ini bakal tersedia di banyak platform dan di-polish sedimikian rupa agar dapat menarik lebih banyak base player. Kemudian, jika game HxH tersedia di banyak platform juga memberi kesempatan kepada kita untuk bermain di platform yang beragam.

Kunjungi wawaslot untuk informasi gaming lainnya yang mungkin belum anda baca, terima kasih

Cloud Terbukti Menjadi Tokoh Protagonis Terbaik Di Final Fantasy

Cloud Strife dalam Game Final Fantasy VII remake atau yang bisa kita bilang di daur ulang memiliki daya tarik yang luar biasa. Menjadi salah satu tokoh protagonis terbaik dalam semesta Final Fantasy itu sendiri. Dalam game-nya telah melekat begitu kuat dalam hati para penggemar atau penikmat game dimasa itu maupun masa sekarang. Episode yang kini ditayangkan telah memberikan kesan yang mendalam bagi para fans. Kenapa bisa begitu?, hadirnya Cloud memiliki sosok pahlawan yang bgitu kuat. Dan itu dirasakan pada para pemain game Final Fantasy VII.

Karakter Protagonis Cloud Final Fantasy

Cloud sebenarnya tidak pernah mengakui bahwa telah menjadi seorang pahlawan. Pada saat dirinya direkrut Avalanche untuk menjadi tentara bayaran dalam upaya menjatuhkan Shinra Company, justru Cloud tampil dengan brengsek.

Dirinya hanya memikirkan pada uang saja. Sehingga ikut terjebak pada pusaran konspirasi hingga harus melakukan petualangan yang cukup panjang.

Tampil Unik Dengan Ciri Khasnya

Tokoh ini sungguh sangat dikenali karena penampilannya. Ia memiliki rambut rada jigrak dengan warna yang kuning cerah. Ia juga sering membawa pedang yang cukup besar. Meskipun pada game pertama kalinya telah memiliki grafis cukup minimal. Akan tetapi tetap memiliki keunikan berbeda dari segi karakter yang ditampilkan.

Terjebak Dalam Cinta Segitiga

Tidak hanya cinta saat masa kecil, Cloud kemudian bertemu Aerith sebagai penjual bunga yang sebenarnya mempunyai kekuatan sangat besar dalam dirinya. Aerith merupakan Cetra yang menjadi ras kuno dan dapat berinteraksi bersama kekuatan alam. Tifa dan Aerith memang memiliki kesan berbeda bagi Cloud, meskipun saat menuju akhir game memiliki kisah yang sangat nanggung.

Pahlawan yang melindungi dengan Tulus

Kepahlawanan Cloud di sepanjang game dalam menemani perjalanan Avalanche membuatnya berpindah dari yang sebelumnya ikut bersama tentara bayaran hingga menjadi pemain utama dalam menjatuhkan berbagai macam karakter jahat. Hal itu sudah tidak lagi berkaitan dengan uang. Pada tokoh tersebut memiliki masa lalu yang lebih liris.

Cloud merupakan karakter yang hidup dengan ibu yang sudah meninggalkannya dalam waktu lebih cepat. Sehingga menjadikannya harus hidup sendirian dan bertemu dengan sahabat yang menjadi soldier. Namun, naas sahabatnya harus tewas di depan matanya saat menjadi kelinci percobaan dari pasukan sendiri.

Kunjungi wawaslot untuk informasi gaming lainnya yang mungkin belum anda baca, terima kasih

Fortnite Tidak Bisa di Jalankan Dalam Steam Deck Karena Linux

Fortnite nampak tidak bisa dijalankan pada handheld Steam Deck, CEO Epic menjelaskan kenapa game populer Fortnite ini tidak bisa dimainkan para perangkat yang sedang menjadi bagian dari dunia games saat ini. Epic sendiri meminta Valve untuk mengumpulkan total pemiliki handheld ini sebanyak 10 juta pengguna untuk memasukan dukungan tersebut.

Seperti yang kita tahu Fortnite memiliki popularitas terbesar diseluruh dunia, Epic sendiri memiliki visi untuk membuat Entri game ini sebagai Roblox dengan versi yang lebih Superior. Ini telah di buktikan dengan hadirnya beberapa mode game yang ada pada Fortnite.

Epic Fortnite: Baru akan Diurus jika ada 10 juta pengguna

Melalui sebuah wawancara bersama The Verge, CEO Epic Tim Sweeney ditanyakan mengenai alasan Fortnite tidak bisa dimainkan di Steam Deck. Sang CEO tampaknya melemparkan kesalahan pada sang sistem operasi utama, Linux.

“Jika saja kita memiliki lebih banyak programmer. Ini merupakan masalah (yang datang dari) Linux. Valve telah melakukan upaya terbaik mereka, namun saya berharap (Steam Deck) bisa mendapatkan 10 juta pengguna. Pada saat itu, akan sangat logis bagi kami untuk menghadirkan Fortnite menuju Steam Deck,

Sebut Tim Sweeney.

Di tahun lalu, CEO Epic juga menolak Fortnite untuk sistem operasi Linux. Alasannya sangat simpel, Linux memiliki begitu banyak opsi distro dan kernel, membuat game sangat sulit untuk dilindungi dari kehadiran para cheater.

Padahal, solusinya sangatlah gampang…

Terlepas dari isu yang dianggap cukup valid, sistem anti-cheat dari Epic Games nyatanya jauh dari sempurna. Tidak peduli seberapa keras upaya mereka mencegah Linux untuk memainkan game, nyatanya ada begitu banyak cheater yang datang dari pengguna Windows.

Dan untuk solusi menjalankan Fortnite pada Steam Deck, jawabannya padahal sangat mudah. Epic hanya perlu memperbarui dan mengubah beberapa pengaturan pada Easy Anti-Cheat untuk memberikan kesempatan bagi gamer Steam Deck untuk bersenang-senang.

Selebihnya, compatibility layer Proton yang dikembangkan oleh Valve mampu menerjemahkan semua yang dibutuhkan untuk game berbasis Windows. Bahkan, dalam kondisi tertentu Proton menghadirkan performa lebih tinggi dibanding Windows!

Tidak sedikit dari game dengan anti-cheat yang identik hadir melalui storefront milik Valve. Dan tidak sedikit juga dari game tersebut yang mengijinkan para gamer Linux untuk memainkan game mereka. Jadi, apa sebenarnya alasan Epic enggan melakukan hal tersebut?

Salah satu asumsi adalah Epic tidak ingin para konsumennya berpindah menuju Steam. Faktanya, Epic Games Store masih merupakan sebuah kompetitor dari Steam, dan dengan mengikuti kemauan para gamer Steam Deck, Epic juga secara otomatis harus mengalah dan mengikuti tuntutan dari ekosistem Steam.

Kunjungi link ini untuk informasi gaming lainnya yang mungkin belum anda baca, terima kasih

Activision Didenda $54 Juta Atas Diskriminasi & Pelecehan Seksual

Activision perusahaan raksasa game didenda dan mungkin para gamer ada beberapa yang telah mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan tersebut. Perusahaan ini kerap mendapatkan masalah yang kontroversi dan baru-baru ini mereka dikabarkan harus memberikan konpensasi atau didenda sebesar 54 juta US dollar. Sebenarnya apa yang terjadi sehingga perusahaan ini harus mengeluarkan begitu banyak uang?. Yuk mari kita bahas.

Activision Blizzard harus memuntahkan 54 Juta Dolar

Dilansir dari sebuah siaran pers CRD atau yang dikenal dengan Civil Right Department california. Activision mendapatkan sebuah gugatan atasan pelecehan seksual dan juga diskriminasi gender yang dikabarkan telah mencapai kesepakatan. Melalui siaran langsung tersebut perusahaan video game asal Amerika ini harus mengeluarkan uang sebanyak 54 juta USD atau sekita 838 Triliun Rupiah. Jika disetujui pada persidangan maka uang denda tersebut akan digunakan untuk para karyawan khusus wanita ayng bekerja di Activision Blizzard.

Sudah terhitung dari 12 Oktober 2015 hingga 31 Desember 2020. Para pekerja yang memenuhi syarat bisa mengajukan persyaratan sesuai protokol untuk bisa mendapatkan hak mereka.

Tuduhan berlapis karena Diskriminasi Gender

Sebagai bagian dari penyelesaian gugatan Activision Blizzard tahun 2021 lalu, CRD juga berikan pernyataan bahwa “tidak ada pengadilan atau investigasi yang buktikan tuduhan” pelecehan seksual di perusahaan.

Tambahan lainnya, CRD sendiri juga akan mencabut tuduhan pelecehan seksual dan hanya menyertakan klaim diskriminasi gender sebagai ganti atas kasus tersebut.

Ini hanya salah satu tuduhan yang dihadapi oleh perusahaan video game di Amerika tersebut. Kasus denda oleh SEC, gugatan dari pemerintah AS, dan lainnya adalah kasus yang pernah dihadapi perusahaan ini sebelumnya.

Semoga dengan kesepakatan ini, permasalahan tersebut cepat terselesaikan ya, Pojokers! Kunjungi link ini untuk informasi gaming lainnya yang mungkin belum anda baca, terima kasih

Exit mobile version