Kontroversi Oppo Indonesia & David GadgetIn: Apa Penyebabnya?

Belakangan ini, jagat dunia maya Indonesia dihebohkan oleh perseteruan antara Chief Marketing Officer (CMO) Oppo Indonesia, Patrick Owen Sakti Ongskynaga, dan tech reviewer terkenal David GadgetIn. Awalnya, David mengunggah ulasan tentang Oppo Reno 12 Pro, yang menyoroti penggunaan chipset MediaTek Dimensity 7300 pada perangkat tersebut. Di video tersebut, David mempertanyakan pilihan Oppo dalam menggunakan chipset yang menurutnya tidak sebanding dengan harga Reno 12 Pro, yang dibanderol IDR 8.999.999 untuk varian memori 12/512GB.

Menanggapi kritik ini, Patrick Owen merilis video reaksi diakun Instagram resminya dengan tajuk, “Kenapa Oppo Reno 12 Pro Menggunakan Chipset Mediatek Dimensity 7300.” Dalam video berdurasi singkat tersebut, Patrick menjelaskan alasan di balik pilihan chipset, yakni untuk menciptakan keseimbangan daya dan efisiensi panas. Menurutnya, MediaTek Dimensity 7300 diklaim lebih tahan panas dibandingkan chipset pesaing, seperti Exynos 2200. Namun, video ini malah mendapat banyak kritik dari netizen yang mempertanyakan keputusan Oppo menyebut produk brand lain alih-alih memberi penjelasan teknis yang lebih mendetail.

Respon Netizen: Kritik atas Tanggapan Patrick Owen

Alih-alih mendapat dukungan, video Patrick justru menuai banyak kritik dari netizen di media sosial. Banyak yang merasa bahwa tanggapan CMO Oppo Indonesia tersebut terkesan defensif dan tidak relevan dengan kritik utama yang disampaikan oleh David GadgetIn. Beberapa komentar menyayangkan sikap Patrick yang dianggap tidak menerima kritik secara bijaksana, sementara sebagian lainnya menilai video itu lebih banyak menyudutkan brand lain daripada memberi informasi bermanfaat.

Beberapa netizen mengungkapkan kekecewaan dengan pernyataan Patrick yang menyenggol merek pesaing, seperti:

Kritik terhadap Cara Penanganan Kritik:

Beberapa netizen menganggap bahwa seorang reviewer wajar memberikan komentar dan saran atas produk, dan seharusnya kritik ini dijawab dengan fokus pada produk Oppo sendiri.

Reaksi terhadap Produk Kompetitor:

Dalam tanggapannya, Patrick menyebutkan chipset Exynos 2200 untuk menunjukkan bahwa chipset Dimensity 7300 memiliki kelebihan dalam hal suhu yang lebih rendah. Tindakan ini memicu pertanyaan tentang pentingnya menyebut merek lain, yang dirasa netizen malah berisiko memberikan kesan negatif pada strategi pemasaran Oppo.

Harapan untuk Fokus pada Inovasi Produk:

Beberapa netizen berharap Oppo lebih fokus pada inovasi dan penyempurnaan produk tanpa membandingkan dengan kompetitor. Dengan kemajuan teknologi yang begitu cepat, konsumen lebih mengharapkan peningkatan kualitas daripada komentar perbandingan yang dinilai tidak relevan.

Perseteruan antara Patrick dan David GadgetIn ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi para pelaku industri teknologi tentang pentingnya berkomunikasi dengan bijak dan menerima masukan publik. Dalam persaingan yang semakin ketat, membangun hubungan positif dengan konsumen serta menanggapi kritik secara terbuka dan objektif akan jauh lebih bermanfaat. Meskipun tak semua orang akan setuju dengan kritik yang diberikan, respon yang baik dan konstruktif dari perusahaan dapat menjaga dan meningkatkan reputasi brand di mata konsumen.

Kontroversi ini menunjukkan bahwa bagi perusahaan teknologi, kemampuan untuk menanggapi kritik dengan bijak sangatlah penting, terutama dalam mempertahankan hubungan baik dengan konsumen dan memperkuat citra positif di industri yang kompetitif.

Ahli Bedah Gunakan PlayStation Controller untuk Operasi

Dalam dunia kesehatan, pembedahan umumnya dilakukan oleh tenaga ahli dengan menggunakan peralatan yang steril dan higienis untuk menjamin keselamatan pasien. Namun, baru-baru ini terjadi inovasi menarik di bidang bedah yang melibatkan penggunaan PlayStation Controller. Bagaimana mungkin alat yang biasa digunakan untuk bermain video game dapat menjadi bagian dari prosedur medis? Berikut penjelasannya.

Prosedur Endoskopi Menggunakan PlayStation Controller

Seorang ahli bedah di Swiss berhasil melakukan prosedur endoskopi jarak jauh dengan menggunakan PlayStation Move Controller. Melalui laporan dari Fox News, prosedur tersebut dilakukan pada seekor babi yang berada di Hongkong, berjarak sekitar 5.780 mil dari lokasi ahli bedah tersebut. Proses ini menggunakan sistem bedah robotik yang dikontrol dari jarak jauh dengan bantuan koneksi WebSocket untuk mentransmisikan data medis secara real-time.

Endoskopi, yang biasanya dilakukan secara manual oleh dokter di ruang bedah, kali ini sepenuhnya dikendalikan oleh robot melalui PlayStation Move. Dokter atau ahli bedah mengoperasikan robot tersebut dengan melihat monitor dan menggerakkan controller untuk memandu prosedur. Meskipun dilakukan dari jarak jauh, PlayStation Move memungkinkan kontrol yang presisi dengan latensi di bawah 300 milidetik, memastikan akurasi selama proses berlangsung.

Inovasi dengan Teknologi DualSense PlayStation

Sebelum menggunakan PlayStation Move, teknologi serupa juga pernah dicoba dengan PlayStation 5 DualSense. Namun, belum diketahui secara pasti mengapa ahli bedah akhirnya lebih memilih Move sebagai alat kendali. Kemungkinan, PlayStation Move dirasa lebih cocok dan nyaman untuk mengontrol perangkat robotik dalam prosedur medis ini, dibandingkan dengan DualSense yang lebih sering digunakan untuk bermain game.

Penggunaan teknologi konsol dalam prosedur medis ini merupakan terobosan yang sangat menarik. Selain membuka kemungkinan baru untuk melakukan operasi jarak jauh, teknik ini juga dapat mengurangi risiko komplikasi karena dokter tidak perlu hadir secara fisik di ruang bedah, melainkan dapat mengendalikan semuanya dari lokasi lain dengan bantuan robot.

Dampak dan Potensi Masa Depan

Penggunaan PlayStation Controller dalam operasi medis membuktikan bahwa teknologi game dapat diterapkan di bidang-bidang lain, seperti kesehatan. Inovasi ini membuka pintu bagi pengembangan lebih lanjut dalam bedah jarak jauh dengan menggunakan robotik dan sistem kontrol yang canggih. Dengan semakin berkembangnya teknologi, bukan tidak mungkin bahwa prosedur medis di masa depan akan semakin mengandalkan metode non-konvensional seperti ini.

Teknologi robotik dalam dunia bedah juga memberikan fleksibilitas lebih besar bagi ahli bedah, memungkinkan mereka untuk mengatasi batasan geografis dan mengurangi risiko infeksi atau kesalahan manusia selama operasi. Hal ini tentu saja memberikan harapan baru dalam peningkatan kualitas pelayanan medis di masa depan.

 

Penggunaan PlayStation Controller dalam operasi bedah jarak jauh adalah inovasi yang mengesankan dan berpotensi mengubah cara dokter melakukan prosedur medis di masa depan. Metode ini tidak hanya menawarkan solusi yang lebih efisien, tetapi juga bisa meningkatkan keselamatan pasien dengan mengurangi keterlibatan manusia secara langsung dalam operasi yang berisiko tinggi.

Inovasi ini membuka peluang besar bagi teknologi game dan robotik untuk terus berkontribusi dalam dunia kesehatan, menjadikan prosedur bedah lebih aman dan lebih terjangkau. Bagaimana pendapatmu mengenai penggunaan PlayStation Controller dalam dunia kedokteran?

Tengkulak PS5 Pro Edisi 30 Tahun: Masalah yang Kembali Muncul

Tengkulak telah menjadi tantangan yang harus dihadapi konsumen saat membeli produk yang sedang populer atau in demand, terutama produk teknologi seperti konsol game. Salah satu contohnya adalah peluncuran PlayStation 5 (PS5) pada tahun 2020, di mana banyak tengkulak memanfaatkan kelangkaan produk tersebut dengan menjualnya kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi. Kini, masalah yang sama muncul lagi dengan peluncuran PS5 Pro edisi spesial perayaan 30 tahun.

Peluncuran PS5 Pro dan Edisi 30 Tahun

Baru-baru ini, Sony Interactive Entertainment mengumumkan peluncuran PS5 Pro yang dibanderol dengan harga sekitar 700 USD (sekitar 10,6 juta rupiah). Konsol ini membawa peningkatan kinerja dibandingkan versi sebelumnya. Selain itu, Sony juga memperkenalkan PS5 Pro Edisi Perayaan 30 Tahun, yang didesain dengan tampilan ikonik menyerupai PlayStation pertama. Edisi khusus ini dirilis dalam jumlah terbatas, hanya diproduksi sebanyak 12.300 unit, dan dihargai 1.000 USD (sekitar 15,2 juta rupiah).

Edisi perayaan ini segera menjadi incaran banyak penggemar setia PlayStation dan kolektor. Namun, seperti biasa, tengkulak ikut meramaikan dengan memanfaatkan kelangkaan produk tersebut. Saat artikel ini ditulis, beberapa tengkulak sudah mulai mencantumkan PS5 Pro Edisi 30 Tahun ini dengan harga fantastis. Berkisar antara 3.000 USD hingga 6.000 USD, atau sekitar 45 juta rupiah hingga 91 juta rupiah. Harga yang melonjak drastis ini tentu saja jauh di atas harga aslinya, dan menjadi tantangan bagi para penggemar yang benar-benar ingin memiliki konsol tersebut.

Kebijakan Khusus di Jepang

Menariknya, Sony Jepang telah menerapkan kebijakan yang cukup unik untuk mencegah tengkulak di negaranya. Sony memberikan syarat ketat bagi pembeli yang ingin melakukan pre-order PS5 Pro Edisi 30 Tahun. Dua syarat utama yang harus dipenuhi adalah:

  1. Pembeli harus memiliki akun PlayStation yang terdaftar di wilayah Jepang.
  2. Akun tersebut harus mencatat 30 jam bermain di konsol PS4 atau PS5 antara Februari 2014 hingga 19 September 2024.

Kebijakan ini dibuat agar konsol edisi terbatas tersebut hanya bisa dibeli oleh orang-orang yang memang telah lama menjadi bagian dari ekosistem PlayStation. Selain itu, syarat ini juga secara tidak langsung membatasi bahwa satu akun hanya dapat melakukan satu pre-order, sehingga mengurangi kemungkinan konsol tersebut jatuh ke tangan tengkulak.

Mengapa Kebijakan Serupa Tidak Diterapkan di Negara Lain?

Penerapan kebijakan ini hanya di Jepang menimbulkan pertanyaan dari banyak pihak. Banyak yang berpendapat bahwa kebijakan serupa seharusnya bisa diterapkan di negara-negara lain untuk mencegah tengkulak memanfaatkan kesempatan ini. Selain melindungi konsumen yang benar-benar ingin memiliki PS5 Pro Edisi 30 Tahun, kebijakan ini juga akan memastikan bahwa konsol edisi terbatas tersebut tidak hanya dimiliki oleh tengkulak yang hanya mencari keuntungan semata.

Kebijakan ini juga terbilang cukup mudah untuk diikuti. Syarat bermain 30 jam dalam jangka waktu 10 tahun adalah sesuatu yang realistis untuk para penggemar setia PlayStation. Hal ini tentu bisa menjadi solusi yang baik untuk mencegah lonjakan harga akibat tengkulak, yang kerap kali merugikan konsumen asli.

Peluncuran PS5 Pro Edisi Perayaan 30 Tahun menghadirkan kembali masalah tengkulak, yang memanfaatkan kelangkaan produk untuk menjualnya dengan harga sangat tinggi. Meskipun Sony telah mencoba mengatasi masalah ini dengan kebijakan khusus di Jepang, banyak yang berharap agar langkah serupa bisa diterapkan di negara-negara lain. Bagaimana menurut kamu? Apakah kebijakan ini seharusnya diterapkan secara global untuk mencegah tengkulak? Yuk, bagikan pendapatmu di kolom komentar!

Kenapa ISP Batasi Bandwidth? Ini Alasannya

Banyak pengguna internet yang sering mengeluhkan lambatnya kecepatan jaringan, baik itu pada layanan internet kabel maupun seluler. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari jaringan yang tidak stabil hingga kesalahan teknis di lapangan. Namun, salah satu alasan yang sering menjadi sorotan adalah adanya pembatasan bandwidth oleh ISP (Internet Service Provider). Meskipun pengguna membayar biaya bulanan yang tidak murah, ISP tetap melakukan limitasi ini. Mengapa hal ini perlu dilakukan? Berikut adalah beberapa alasan mengapa ISP membatasi bandwidth.

Batasan Teknis

Close up of Blue RJ45 UTP LAN Cable connect to Naked PC Mainboard (Cryptocurrency Mining Rig)

Meski secara teori ISP dapat menyediakan kecepatan internet yang sangat tinggi, ada batasan teknis yang tidak bisa dihindari. Contohnya, jika pengguna menggunakan router atau port LAN yang hanya mendukung kecepatan hingga 100Mbps, maka kecepatan internet yang bisa dinikmati pun hanya sebatas itu, meskipun ISP menyediakan layanan dengan kecepatan lebih tinggi. Limitasi teknis seperti ini berasal dari perangkat keras yang digunakan oleh pengguna.

Mengurangi Beban Jaringan

Setiap ISP memiliki kapasitas jaringan atau backbone yang terbatas. Jika semua pengguna menikmati kecepatan internet tanpa batas, beban pada jaringan akan menjadi terlalu berat dan menyebabkan penurunan kualitas layanan bagi semua pelanggan. Oleh karena itu, ISP perlu membatasi bandwidth untuk memastikan bahwa semua pengguna dapat menikmati layanan yang adil sesuai dengan paket yang mereka bayar.

Mencegah Over Konsumsi Data (FUP)

Fair Usage Policy (FUP) adalah salah satu alasan penting di balik pembatasan bandwidth. Dengan menerapkan batasan kecepatan, ISP mencegah pengguna mengonsumsi data secara berlebihan dalam waktu singkat. Tanpa pembatasan ini, beberapa pengguna mungkin akan mencapai batas FUP mereka dengan sangat cepat, yang bisa berdampak pada kualitas layanan bagi pelanggan lainnya.

Biaya Infrastruktur

Menyediakan layanan internet bukanlah hal yang murah. ISP harus mengeluarkan biaya besar untuk membangun dan memelihara infrastruktur, seperti kabel bawah laut, menara sinyal, dan pusat data. Dengan membatasi bandwidth, ISP dapat menjangkau lebih banyak pelanggan dan memastikan layanan tetap terjangkau. Dengan begitu, biaya infrastruktur yang tinggi dapat tertutupi, dan ISP tetap bisa mendapatkan profit.

Strategi Bisnis

Sebagai perusahaan, ISP tentu membutuhkan profit untuk bertahan dan berkembang. Salah satu strategi bisnis yang diterapkan adalah dengan membatasi bandwidth dan menawarkan kecepatan yang lebih tinggi pada paket layanan yang lebih mahal. Ini memungkinkan pengguna yang membutuhkan akses lebih cepat untuk membayar lebih, sementara pengguna dengan kebutuhan dasar tetap bisa menikmati layanan dengan harga yang lebih terjangkau.

Pembatasan bandwidth yang dilakukan oleh ISP bukan semata-mata untuk menurunkan kualitas layanan, melainkan ada alasan-alasan teknis dan bisnis yang mendasarinya. Mulai dari batasan perangkat keras hingga strategi bisnis untuk menjaga profitabilitas, ISP harus membuat keputusan yang memastikan layanan tetap berjalan dengan baik untuk semua pengguna. Bagaimana menurutmu, apakah alasan-alasan ini masuk akal?.

Exynos 850: Setara dengan Chipset Apa di 2024?

Salah satu pertanyaan yang sering muncul dari para netizen adalah, “Chipset Samsung Exynos 850 setara dengan chipset apa?”. Sebagai chipset kelas entry-level dari Samsung, Exynos 850 menarik perhatian pengguna smartphone yang penasaran bagaimana performanya jika dibandingkan dengan chip dari produsen lain seperti Snapdragon dan MediaTek. Artikel ini akan membahas setara apa Exynos 850 dan apakah chipset ini masih relevan di tahun 2024.

Chipset Exynos 850 Setara dengan Snapdragon dan MediaTek

Menurut Nanoreview, Samsung Exynos 850 dianggap setara dengan chipset Snapdragon 630 yang dikenal hemat daya. Chip ini juga setara dengan MediaTek Helio G35, dua chipset yang juga banyak ditemukan pada smartphone entry-level. Meski chipset ini memiliki skor benchmark yang tidak terlalu tinggi, sekitar 150 ribu di AnTuTu, performanya masih cukup untuk penggunaan sehari-hari seperti menjalankan media sosial, browsing, dan aplikasi ringan lainnya.

Spesifikasi Samsung Exynos 850

  • CPU: 8 core Cortex A55 dengan kecepatan 2.0GHz
  • GPU: Mali-G52
  • Fabrikasi: 8 nanometer
  • AnTuTu 10: 153,890
  • GeekBench 6: 222 (single core), 868 (multi-core)

Dibangun dengan arsitektur 8 nanometer, Exynos 850 memang hemat daya, tetapi performanya tidak bisa dibandingkan dengan chipset kelas menengah atau flagship yang lebih modern. Untuk kebutuhan konektivitas, Exynos 850 hanya mendukung jaringan 4G LTE dan belum mendukung teknologi 5G, yang bisa menjadi pertimbangan jika kamu mencari smartphone dengan konektivitas masa depan.

Apakah Samsung Exynos 850 Masih Worth It di 2024?

Pada tahun 2024, chipset ini memang tergolong cukup ketinggalan zaman, terutama karena kurangnya dukungan untuk 5G dan performa yang pas-pasan. Chipset ini paling cocok untuk pengguna yang hanya membutuhkan smartphone untuk tugas-tugas dasar seperti media sosial, panggilan, dan browsing. Jika kamu menginginkan performa yang lebih tinggi untuk gaming atau multitasking berat, Exynos 850 mungkin bukan pilihan yang tepat.

Namun, jika kamu menginginkan smartphone Samsung dengan harga yang terjangkau, seperti Samsung Galaxy A13 yang menggunakan Exynos 850, dan hanya akan menggunakannya untuk aktivitas ringan, maka ponsel ini bisa jadi pilihan yang layak. Harga yang kompetitif dari smartphone yang menggunakan chipset ini menjadi faktor penentu utama.

Kesimpulan

Samsung Exynos 850 adalah chipset yang cukup solid untuk pengguna dasar yang tidak membutuhkan performa tinggi. Meskipun tidak cocok untuk gaming atau aplikasi berat, performanya masih cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Jika kamu mencari smartphone yang ramah di kantong dan mengutamakan merek Samsung, ponsel dengan Exynos 850 masih layak dipertimbangkan, meskipun chipset ini sudah ketinggalan zaman dibandingkan chip modern lainnya.

Bagaimana menurutmu, apakah Exynos 850 cukup memadai untuk kebutuhanmu di tahun 2024, atau kamu akan mencari chipset yang lebih kuat?

Exit mobile version