Beberapa bulan terakhir, serikat pekerja Screen Actors Guild-American Federation of Television and Radio Artists (SAG-AFTRA) melancarkan aksi mogok kerja para aktor, aktris, dan voice artist di industri video game. Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap penggunaan Artificial Intelligence (AI) oleh beberapa studio game besar yang dianggap dapat mengancam kesejahteraan pekerja di industri tersebut. Baru-baru ini, SAG-AFTRA mengumumkan bahwa mogok kerja ini akan berlanjut, menyatakan bahwa mereka tidak akan berhenti hingga permintaan mereka terpenuhi.
Aksi Mogok Berlanjut, Negosiasi Mendatang dengan Perusahaan Besar
Dalam pernyataan resminya, SAG-AFTRA menyampaikan bahwa negosiasi untuk perpanjangan kontrak “Perjanjian Media Interaktif” akan kembali dibahas, dengan tanggal baru yang akan diumumkan setelah disetujui. Negosiasi ini melibatkan beberapa perusahaan besar seperti Activision Productions Inc., Disney Character Voices Inc., Electronic Arts Productions Inc., Insomniac Games Inc., Take-Two Productions Inc., dan WB Games Inc..
Serikat ini menegaskan bahwa aksi mogok kerja akan tetap berlaku pada semua perusahaan yang menandatangani Perjanjian Media Interaktif, kecuali untuk game yang termasuk dalam Perjanjian Media Interaktif Independen atau Perjanjian Media Interaktif Interim. Ini menunjukkan tekad kuat SAG-AFTRA untuk memperjuangkan hak pekerja mereka, terutama terkait penggunaan teknologi AI.
Alasan di Balik Mogok Kerja: Perlindungan Terhadap Pekerja di Era AI
Aksi mogok ini berawal dari kekhawatiran yang mendalam terhadap perkembangan AI di industri game. Teknologi AI dapat meniru suara, ekspresi, dan gerakan aktor, memungkinkan studio untuk menggantikan pekerjaan voice artist dan aktor digital dengan model AI. Hal ini dikhawatirkan akan mengurangi permintaan untuk pekerja manusia, mengancam stabilitas pekerjaan mereka, dan memotong pendapatan mereka dari royalti dan upah yang seharusnya mereka terima.
Fran Drescher, Presiden SAG-AFTRA, menyatakan sikap tegas bahwa serikat tidak akan menyetujui kontrak yang memungkinkan perusahaan game menggunakan AI untuk menekan hak pekerja. Menurut Drescher, “Ketika seluruh perusahaan ini serius dalam menawarkan perjanjian yang dapat diterima oleh kami, kami akan siap dan bersedia untuk bernegosiasi.”
Tantangan Industri Game dalam Mengintegrasikan AI
Industri game telah lama bereksperimen dengan teknologi AI untuk meningkatkan pengalaman bermain, seperti membuat karakter non-pemain (NPC) yang lebih cerdas, menyempurnakan animasi, dan bahkan untuk game testing. Namun, AI kini dianggap sebagai potensi ancaman bagi pekerja manusia. AI dapat dengan cepat meniru suara dan gaya akting, memungkinkan perusahaan untuk mereplikasi suara tanpa harus membayar voice artist dalam jangka panjang. Dengan demikian, masalah utama yang diangkat oleh SAG-AFTRA adalah bagaimana AI digunakan secara etis tanpa mengorbankan kesejahteraan pekerja.
Masa Depan Industri Game: Apakah Ada Titik Temu?
Dengan negosiasi baru yang diharapkan akan berlangsung dalam beberapa waktu ke depan, komunitas industri dan para penggemar berharap agar SAG-AFTRA dan perusahaan game besar dapat menemukan titik temu. Banyak yang berpendapat bahwa AI dan pekerja manusia dapat bekerja berdampingan dengan ketentuan yang adil, di mana AI dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi tanpa menggantikan tenaga manusia sepenuhnya.
Bagi para aktor dan voice artist, aksi ini adalah kesempatan untuk melindungi peran mereka di industri yang semakin maju secara teknologi. Sementara itu, perusahaan juga perlu mempertimbangkan dampak sosial dari penerapan AI yang berlebihan demi menjaga hubungan baik dengan para pekerja yang telah memberikan kontribusi besar pada kesuksesan mereka.
Aksi mogok kerja yang dilakukan oleh SAG-AFTRA menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh pekerja di industri game di era AI. Sementara teknologi terus berkembang, penting bagi perusahaan untuk menemukan cara yang bertanggung jawab dalam mengintegrasikan AI tanpa mengabaikan hak dan kesejahteraan para pekerja mereka. Jika perusahaan dan serikat dapat mencapai kesepakatan yang adil, ini bisa menjadi langkah positif menuju industri game yang lebih adil dan berkelanjutan.