Stellar Blade: Style vs Subtance dalam Gamescape Global

Penawaran terbaru Korea Selatan Stellar Blade telah memicu diskusi dalam komunitas game global. Judulnya menampilkan Eve seorang protagonis yang menavigasi dunia cyberpunk sambil melawan musuh yang tangguh. Namun, desain karakter Eve, khususnya pakaiannya, telah menjadi titik fokus, memicu perdebatan seputar penggambaran wanita dalam video game.

Kekuatan:


Pertarungan yang Menarik: Ulasan awal memuji sistem pertarungan Stellar Blade, menekankan rangkaian aksinya yang dinamis dan mencolok secara visual.
Latar Cyberpunk yang Imersif: Dunia game yang diterangi lampu neon dan tema-tema berteknologi maju memiliki potensi untuk disukai oleh para penggemar genre cyberpunk.
Desain Seni yang Teliti: Terlepas dari kontroversi seputar pakaian Eve, game ini menawarkan model dan lingkungan karakter yang detail dan berkualitas tinggi.

Pertimbangan:


Desain Karakter yang Terlalu Seksual: Sifat pakaian Eve yang terbuka telah menutupi aspek lain dari permainan bagi beberapa pemain. Meningkatkan kekhawatiran tentang penggunaan daya tarik seksual yang tidak perlu.
Potensi Disonansi Narasi: Disonansi antara pakaian Eve dan potensi nada naratif game dapat menciptakan keterputusan bagi pemain yang mencari pengalaman berbasis cerita yang lebih mendalam.


Daya Tarik Stellar Blade Global dan Fokus pada Substansi:

Meskipun intrik awalnya mungkin berasal dari estetika kesuksesan jangka panjang Stellar Blade. Di panggung global akan bergantung pada kedalaman gameplay dan narasinya. Bisakah game ini memberikan pengalaman aksi yang memuaskan dengan alur cerita yang menarik. Atau akankah penekanan pada visual menutupi pengalaman intinya?

Perilisan Stellar Blade menjanjikan akan semakin memicu perbincangan mengenai penggambaran karakter wanita dalam industri video game. Pada akhirnya dampak global dari game ini akan bergantung pada kemampuannya. Untuk mencapai keseimbangan antara visual yang menawan dan gameplay serta pengalaman naratif yang substansial.

Pojok Gamers Gaming Content

Bethesda Perancis Akan ditutup Oleh Perusahaan Microsoft

Bethesda Perancis dirumorkan akan ditutup oleh pihak perusahaan Microsoft yang nampaknya terus melakukan pemangkasan di tiap studio pengelola game mereka. Studio yang berdiri di perancis ini sudah berdiri 12 tahun lamanya dan kini harus menerima kenyataan pahit dari kekuputusan yang akan dilakukan perusahaan raksasa ini. Namun apakah semua ini benar?

Rumornya Studio Bethesda Perancis akan ditutup

Semua ini terungkap dari pengakuan mantan community manager perancis Scotty Cool. Dari postingan X-nya yang merespon semua pengikutknya dan mengatakan ada kemungkinan studio mereka akan ditutup. Scooty juga mengucapkan terima kasih kepada komunitas game nya atas dukungan yang telah di berikan selama ini. Dan mereka juga menyesal akan meninggalkan perusahaan tersebut setelah delapan tahun bekerja.Scooty juga mengatakan alasan kepergiannya karena ada pemangkasan karyawan secara massal dikala itu.

Studio yang ada di perancis ini di ketahui memiliki 15 orang pekerja dan berfokus pada pernertiban dan pemasaran. Jika rumor ini benar adanya, maka nasin pekerja disana akan berpengaruh pada perusahaan. Kasihan ya guys.

Meski berdampak pada kesejahteraan karyawan, munculnya kabar penutupan ini diperkirakan takkan mempengaruhi secara keseluruhan terhadap waralaba game-game sebelumnya (Fallout, Skyrim, dan lainnya) di masa mendatang.

Sejauh ini, dampak PHK massal perusahaan Microsoft cukup berpengaruh mulai dari pengembangan, layanan, pemasaran, dan juga penerbitan game setelah melalui proses akuisisi. Seperti Blizzard Entertainment yang terpaksa hentikan pembuatan game survival baru mereka akibat hal tersebut.

Hingga artikel ini ditulis, Microsoft masih belum memberikan konfirmasi terkait penutupan Bethesda Prancis sehingga masih menjadi asumsi saja dan dapat berubah sewaktu-waktu. Bagaimana pendapatmu terhadap hal ini

Pojok Gamers Gaming Content

Stellar Blade Lulus Sensor Di Negeri Sakura, EA Kecewa Berat

Stellar Blade Lulus Sensor – Kabar ini baru saja di lansir dan membuahkan sesuatu yang cukup kontroversial bahkan sebelum mengudara. Sebuah karya dari SHIFT UP Company dengan menampilakn karakter ikoniknya EVE dengan perawakan yang begitu menawan.

Walaupun game ini mendapatkan pro serta kontra dengan kata “SEXY” untuk protagonisnya, game ini ternyata tidak akan disensor sama sekali untuk seluruh dunia. Salah satunya di negeri sakura jepang. Dan EA sang raksasa video game mendapatkan sebuah kekecewaan. Penasaran bukan?

Stellar Blade Lewat dengan lancar EA kecewa

Kekecewaan EA ini timbul karena game andalan mereka yang bertajuk Dead Space tidak bisa lolos sensor. Sedangkan Stellar bisa dengan mudah lolos sensor. Ini membuat Manager EA jepang meragukan badan organisasi Rating karena mereka merasa tidak diperlakukan secara adil.

[Apa maksudnya ini CERO-san?]

Stellar Blade Demo

Aku benar-benar menikmatinya game action ini, tapi…

Aku tidak yakin kalau game Dead Space kami tidak diperbolehkan menunjukkan bagia tubuh patah atau bagian dalam tubuh, tapi di sini kami melihat semua bagian dan dalamnya, dan ini masih masuk kategori CERO D….

Shaun Noguchi, General Manager EA Jepang

CERO telah memberikan Stellar Blade rating “CERO D” dalam artian bahwa game dapat dimainkan oleh siapapun yang berusia 17 tahun keatas. CERO D sendiri merupakan rating tertinggi kedua setelah CERO Z yang diperuntukkan khusus gamer 18+.

Sedangkan untuk game Dead Space, CERO tidak memberikan rating sama sekali, membuat game dilarang untuk beredar di Jepang.

Tidak akan di sensor di seluruh dunia

Shaun Noguchi juga menegaskan bahwa dirinya tidak memberikan kritik terhadap game buatan SHIFT UP yang justru menurutnya merupakan game yang menyenangkan. Namun kritikannya tersebut lebih ditujukan ke CERO yang dianggap berlaku tidak adil. Terlebih lagi CERO juga diketahui memberikan promosi terhadap game Stellar Balde.

Saat ini, telah dikonfirmasi juga bahwa game ini tidak akan disusupi oleh penyensoran. Hal tersebut juga bukan hanya berlaku di Jepang saja, namun juga di seluruh region secara internasional.

Ella Purnell Sang Aktor Lucy Main Game Fallout Walau Tidak Wajib

Ella Purnell Sang Aktor atau pemeran Lucy difilm Fallout sudah tanyang 2 minggu semenjak penayangan. Film garapan Kitler Films yang langsung bekerja langsung dengan Bethesda selaku pengembangnya. Respone yang didapatkan seri TV ini begitu positif, dan berbagai interview bersama aktor dan aktrisnya oleh pihak studio serta pengembang juga bermunculan. Dari segelintiran cast yang cukup mencuri perhatian adalah Ella Purnell selaku pemeran Lucy Meclean yang mengaku tidak mengikuti arahan dari produser.

Lewat beberapa wawancara lain, diketahui juga bahwa dua bintang utama lainnya selain Ella, yakni Walton Goggins selaku pemeran The Ghoul dan Aaron Moten sebagai Maximus, mereka tidak memainkan gamenya. Namun Walton sendiri ungkapkan bahwa ia menyaksikan anaknya memainkan game Fallout, sedangkan Aaron menjelaskan bahwa ia menonton streamer memainkan gamenya serta menyaksikan ragam video lore-nya.

Ella Purnell Dalam Wawancara

Hal apakah seorang aktor maupun aktris harus memainkan gamenya atau tidak. Ketika perankan suatu karakter di adaptasi film atau serial TV kerap menjadi perdebatan warganet. Di satu sisi fans mengharapkan para pemerannya memainkan gamenya terlebih dahulu untuk memahami kenapa suatu game bisa begitu dicintai. Sedangkan yang berpendapat sebaliknya memiliki alasan agar sang pemeran tidak terlalu terpaku mengikuti penokohan karakter dalam gamenya. Sehingga jadi tidak bisa menonjolkan ciri khas tersendiri.

Serial TV Fallout bisa dibilang mencoba ambil langkah berbeda. Alih-alih mengadaptasi langsung dari salah satu gamenya yang telah dirilis. Mereka memutuskan untuk menceritakan sesuatu yang baru dan tetap berada di dunia yang sama. Serta membawakan ciri khas permainannya yang bisa dibilang penuh dengan kebodohan, lelucon dan satiran yang disisipkan secara cerdik.

Sebagai informasi tambahan, timeline serial TV Fallout sendiri terjadi setelah game-gamenya, secara spesifik sembilan tahun setelah kejadian pada Fallout 4.

KPAI Usulkan Pemblokiran Gamer Dan Ditolak Oleh Kominfo

KPAI atau Komisi Perlindungan Anak Indonesia ada perdebatan dengan kominfo yang dimananya menolak usul KPAI terkait gagasan yang diberikan oleh pihak komisi perlindungan anak tersebut. Kominfo menganggap akan berpotensi merusak generasi muda di tanah air, Namun Apa sih alasan sebenarnya pihak Menteri komunikasi dan informatika ini?

Alasan Utama Penolakan Gagasan KPAI

Pihak komisi Perlindungan Anak mengeluhkan akan permasalah terkait game yang tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan pemerintah. Berdasarkan ayng tertulis di Blog Selular disebutkan Kominfo menolak gagasan yang ditunjukan untuk langsung memblokir game yang mengandung elemen kekerasan. Penolakan ini langsung diklarifikasi oleh Menkominfo Budi Arie Setiadi yang menegaskan bahwa pihak mereka telah mendapatkan regulasi tersendiri yang menangani game di Tanah Air, Salah satunya adalah Indonesia Game Rating System atau IGRS.

Gamers Harus Berpedoman Pada IGRS

Setelah mengetahui alasan Kominfo tolak usulan KPAI yang ingin memblokir semua game yang mengandung unsur kekerasan. Tidak lupa pihak Kominfo untuk senantiasa menganjurkan para gamer tanah air untuk selalu berpedoman pada Indonesia Game Rating System (IGRS). Yang disahkan baru-baru ini. Anjuran tersebut dibuat untuk meminimalisir hal-hal yang tak diinginkan. Sekaligus menjadi dasar kriteria game yang dipastikan diblokir Kominfo berdasarkan aturan pemerintah Indonesia.

Gimana kalau menurut kalian nih, Pojokers?. Tampaknya Kominfo memiliki pandangan yang berbeda dari KPAI sehingga mereka menolak usulan tersebut untuk langsung diberlakukan di Indonesia?. Bagaimana kelanjutan mengenai pemblokiran game di Indonesia, mari kita tunggu informasi selanjutnya dari Kominfo!

Exit mobile version